Friday, May 20, 2011

Kala Menag Bertamu ke Pesantren Al Zaytun Indramayu

Matahari belum tepat di atas kepala, namun teriknya sudah sangat membakar rombongan Kementerian Agama yang bertandang ke Ma'had Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Untuk mencapai tempat ini butuh waktu sekitar 4-5 jam dengan kondisi jalan yang tidak terlalu mulus.

Rombongan Kemenag beserta wartawan tiba di kompleks Al Zaytun pada Rabu (11/5/2011) sekitar pukul 09.30 WIB. Sejak dari pintu gerbang, para santriwan dan satriwati berbaris berbanjar sembari melambaikan bendera Merah Putih. Wajah mereka sumringah kendati wajahnya tampak kepanasan.


Paskribra juga memberi hormat kepada rombongan. Pasukan penabuh rebana pun bersiap di tempatnya. Demikian pula para pemain gamelan. Pemimpin Al Zaytun, Panji Gumilang ramah menyambut para tamu. Dia menyalami wartawan satu per satu sembari memastikan dari media mana saja yang datang.


Ketika Menag Suryadharma Ali tiba, Panji juga menyalami dengan hangat. Keduanya tampak akrab kala bercipika-cipiki. Setelah sarapan bersama, Suryadharma diajak berkeliling kompleks pendidikan yang memiliki luas 1.200 hektar tersebut.


Kepada Suryadharma, Panji menunjukkan kacang koro yang sedang dijemur. Panji menjelaskan, kacang tersebut 50 persen digunakan sebagai pengganti terigu. Dengan tepung berbahan kacang koro, maka makanan lebih lembut, lebih lezat. lebih gurih dan lebih berprotein tinggi.


Suryadharma juga diminta untuk menanam kayu eboni di lingkungan Al Zaytun. Konon eboni adalah kayu yang kuat. Panji juga menjelaskan adanya jenis tanaman getah perca yang dulu banyak ditemukan di Palembang. Pohon ini konon menyimpan air paling banyak. Di tempat itu Suryadharma juga melihat kentang angkasa, yakni kentang yang buahnya tidak di tanah.


Untuk memastikan kurikulum yang diajarkan di Al Zaytun, Suryadharma mengunjungi Sekretariat Pendidikan Al Zaytun. Di sana dia diberi tahu oleh Kepala Sekretariat Pendidikan, Ali Aminulloh bahwa siswa belajar dengan menggunakan buku terbitan Erlangga dan Tiga Serangkai. Selain itu sebagai referensi ada pula beberapa buku dari Malaysia. Sedangkan untuk materi bahasa Arab diambil dari Gontor.


"Asal santri dari seluruh provinsi. Juga ada yang dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Afrika Selatan," ujar Ali.

Kurikulum yang digunakan adalah mengacu pada Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional. Muatan lokal pun diberikan kepada para siswa, seperti Piagam Madinah dan HAM serta jurnalistik. Selain itu, siswa dibekali kemampuan didaktik agar bisa mengajar.

Amin menunjukkan, tiap siswa memiliki file yang lengkap. Dalam file tidak hanya berisi nama orangtua maupun daerah asal, namun juga ada jenis masalah yang dihadapi santri, misalnya saja menyimpan barang terlarang dan bolos salat berjamaah.


Suryadharma juga meninjau pengajaran komputer Al Zaytun yang telah menggunakan program bersertifikasi taraf internasional. Untuk mengikuti program ini, siswa harus membayar Rp 3,4 juta untuk pelatihan 9 bulan.


Masjid yang tengah mangkrak pembangunannya pun menjadi salah satu titik kunjungan Menag. Menurut Panji, yang sedang dikerjakan sekarang adalah pemasangan dinding masjid. Materialnya didatangkan dari Spanyol. Sementara itu, lantainya akan menggunakan granit yang didatangkan dari Mesir. Hanya saja, biaya pasangnya lebih mahal ketimbang harga granit itu sendiri. Jika sudah selesai dibangun, wow pasti megah sekali bangunan ini.


"Di basement masjid ini ada kayu puluhan ribu kubik. Kayu jati yang umurnya ada yang ratusan tahunl, ada yang sebesar gajah. Kapan-kapan silakan lihat basementnya, Pak Menteri," undang Panji.


Jika dilihat dari kejauhan, Al Zaytun bak istana di tengah sawah. Bangunannya mencolok lantaran tinggi dan megah. Di sekitarnya, sawah yang ditanami padi. Luas area Al Zaytun adalah 1.200 hektar. 200 Hektar digunakan untuk area bangunan. Sedangkan sisanya untuk pertanian dan perternakan. Al Zaytun memiliki sekitar 4.230 santriwan dan sekitar 3.515 santriwati.


source : http://www.detiknews.com/read/2011/05/12/030021/1637793/10/kala-menag-bertamu-ke-pesantren-al-zaytun-indramayu?nd992203605


Video-video temuramah Syaikh Panji Gumilang di Youtube

* Sila klik link di bawah







Thursday, May 19, 2011

Politikus PPP: Belum Ada Teroris Lulusan Al-Zaytun

Jakarta - Anggota Komisi VIII DPR, Hasrul Azwar, yakin pendidikan di pondok pesantren Al-Zaytun bersih dari radikalisme. Bahkan, kata Ketua Fraksi PPP DPR itu, belum pernah ada pelaku teroris lulusan dari lembaga pendidikan itu.

"Belum ada teroris yang tertangkap tamatan Al-Zaytun," kata Hasrul dalam rapat kerja Komisi VIII DPR dengan Menag dan Kepala BNPT di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2011).

Sebagai orang tua yang anaknya pernah mondok di Al-Zaytun, Hasrul mengatakan, tidak ada yang aneh-aneh dalam pendidikan di ponpes di Indramayu itu. Namun mengenai sosok Panji Gumilang, pimpinan ponpes yang disebut-sebut sebagai pimpinan NII KW 9, Hasrul menyerahkan itu kepada aparat yang berwenang.

"Soal Panji Gumilang ya kita serahkan kepada BIN, kepada BNPT, kepada polisi, kepada siapapun yang berhak. Tapi dari sisi pendidikan, Al-Zaytun clear," kata politikus yang dikenal sangat menentang Ahmadiyah ini.

Hasrul bercerita, saat anaknya menempuh pendidikan selama 6 tahun di Al-Zaytun, tidak ada indikasi radikalisme dari sikap anaknya itu.

"Masuk pesantren dia bisa main musik dangdut, seriosa, bahkan jazz. Ada pesantren yang mengajarkan seperti itu? Dengan grup band, anak saya yang tidak main gitar bisa main gitar, bisa tahu jazz, bisa merubah ke semua lagi ke arah jazz," kata Hasrul yang awalnya ingin rapat kerja dibatalkan ini.

"Dan sekarang anak saya sekolah di Jerman, tidak ada hal-hal yang ekstrim, tidak ada dia ingin mendirikan negara Islam," cetusnya.

Tulisan: Laurencius Simanjuntak
Sumber: detikNews

Menag: Kurikulum Pesantren Al-Zaytun Tidak Menyimpang

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Menteri Agama, Suryadharma Ali, menepis tudingan tentang adanya penyimpangan ajaran Islam yang dialamatkan ke Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

Menurutnya, kurikulum yang diajarkan di pondok pesantren itu tidak menyimpang dari ajaran Islam. “Pondok pesantren itu sudah sangat baik, jangan sampai ada keraguan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di ponpes itu,” kata Suryadharma Ali, usai meluncurkan Gerakan Maghrib (Gemmar) Mengaji dan Pembukaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke VIII tingkat Provinsi Banten, di Tangerang Selatan, Ahad (8/5) malam.

Menurut SDA, demikian dia biasa disapa, Kementerian Agama sangat berhati-hati dalam menyikapi isu tentang adanya keterkaitan Al-Zaytun dengan pemikiran maupun gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Kerena itu, dalam waktu dekat, SDA akan datang ke Al-Zaytun untuk mengetahui lebih dekat, seperti apa sesungguhnya aktivitas di sana.

Bahkan dia akan berdialog langsung dengan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang. Karena dugaan adanya keterkaitan pimpinan Al-Zaytun dengan NII saat ini belum tentu benar. “Banyak kemungkinan. Misalnya saja, ada keterkaitan dengan pimpinan dengan masa lalu, tapi sekarang sudah tidak lagi,” kata SDA.

Meskipun secara pribadi pimpinan Al-Zaytun ada yang terlibat NII, belum tentu secara kelembagaan dipergunakan untuk aktivitas NII. “Jadi memang harus hati-hati menyikapi Ponpes Al-Zaytun. Saya akan ajak wartawan untuk berdialog lebih tajam dengan Panji Gumilang,” tandas SDA.


Sumber: Republika

Wednesday, May 18, 2011

Menteri Agama RI Bertemu Panji Gumilang Terlihat Akrab

Berita tentang Ponpes As zaytun dan Panji Gumilang serta tuduhan NII sudah jadi bahan diskusi sejak beberapa waktu yang lalu. Hari ini Pak Suryadarma Ali menteri Agama Kabinet RI melakukan kunjungan kerja ke As-zaytun mungkin untuk memastikan apakah ponpes masih ikut RI atau NII. dari tayangan berita terlihat perlakuan pemimpin ponpes sangat friendly mendampingi pak menteri, penyambutan Resmi khas untuk pejabat tinggi terlihat barisan anak sekolah dengan seragam sekolah, bendera merah putih dan Pak Panji kedengaran bicara soal Garuda sambil menunjuk dadanya.

Menurut informasi kunjungan juga disertai staf dari kementerian agama untuk melihat kurikulum pendidikan yang ternyata semua sesuai panduan resmi kementerian agama RI. Apakah kunjungan seperti ini dapat mengungkap keberadaan NII?

mungkinkah orang NII mau memperlihatkan kurikulum pendidikan berbasis NII jika itu memang ada ?

apakah orang NII mau mengibarkan bendera NII sambil menyanyikan lagu kebangsaan NII menyambut Menteri Agama RI ?

Sekedar mengingatkan saja bahwa suatu organisasi clandestine biasanya bergerak dalam kondisi terselubung oleh orang-orang bermuka dua. Banyaknya laporan tentang cuci otak, orang-orang hilang dan adanya pengakuan bekas menteri dan bekas pejabat NII lainnya yang belum mendapaj klarifikasi POLRI tentu menimbulkan tanda tanya besar demikian juga dengan kunjungan menteri dari kabinet SBY

Tulisan: OPINI
Sumber: kompasiana.com

Haruskah Kepemimpinan Panji Gumilang dan Sumber Dana Al-Zaytun Dipertanyakan?

Hari ini (11-05-2011) merupakan sejarah baru bagi Al-Zaytun, karena sejak berdirinya dari tahun 1999 sd 2011, sebagai lembaga pendidikan formal, baru kali ini dikunjungi secara official oleh menteri Agama Republik Indonesia. Bapak K.H. Drs, Surya Darma Ali., Msc. kita sebut saja SDA. Terimakasih bapak atas kesediannya hadir ke Ma’had Al-Zaytun. Selanjutnya kita sebut MAZ.

MAZ pernah dihadiri juga oleh Menteri Agama RI waktu itu bapak Prof, Dr, Malik Fadjar., MA. Pada 20 Mei 1999, dalam acara peletakan batu asas gedung asrama Al-Fajar. Bapak Malik Fadjar juga menghadiri MAZ untuk yang kedua kalinya sebagai Menteri Pendidikan Nasional, tanggal 28 Oktober 2001 pada acara pembukaan Pekan Olahraga Seni Pondok Pesantren (POSPENAS). Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Menteri Agama RI bapak Drs, H. Maftukh Basuni yang pada ketika itu menyertai kunjungan official Wakil Presiden RI, Bapak M. Yusuf Kalla pada tanggal 07 januari 2007, dalam acara penringatan dan perayaan tahun baru Islam, Muharram.

Untuk itulah, untuk dan atas nama Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), saya, kami segenap pengurus dan exponent yayasan sangat berterimakasih atas perhatian besar bapak Menteri Agama RI terhadap lembaga pendidikan MAZ. Tentu saja, kami sangat yakin bahwa bapak K.H. Surya Darma Ali, selaku Menteri Agama RI, akan dengan ikhlas memberikan penyampaian kepada masyarakat tentang MAZ dengan penyampaian yang se adil adilnya. Sehingga hingar bingar yang dihubungkaitkan dengan Al-Zaytun yang amat sangat meresahkan itu menjadi lebih proporsional.

Saya sangat setuju dengan banyak orang yang menghubungi saya bahwa banyak fihak yang memiliki fasilitas fisik lembaga pendidikan yang lebih hebat dari MAZ, tetapi tak seorang pun dari kita yang mempertanyakan keberadaan lembaga tersebut dengan cecaran pertanyaan yang berkaitan dengan sang pemimpin dan darimana sumber dananya. Sementara MAZ adalah sebuah Institusi Pesantren yang tentu saja berada dibawah naungan kementrian Agama RI dan tentu saja karena ini adalah pesantren dan atau ma’had, maka lembaga ini milik umat Islam. Semestinya, sebagai sesama muslim, kita semua justru tidak saling mencaci, tetapi saling membantu, saling mendukung, dan saling mengingatkan.

Bahwa kemudian kurikulum yang kami ajarkan sejak mulai berdirinya dan diresmikannya MAZ ini, adalahkurikulum nasional yang diberlakukan oleh kementrian pendidikan nasional dan kementrian agama RI. Tentu saja dengan muatan lokal yang bertujuan untuk membentuk santri, pelajar MAZ, yang berilmu, berakhlaq, dan berkarakter, yang pada saat nya mampu menjadi ragi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara di masa dan zamannya nanti. Dari sejak berdirinya, Al-Zaytun telah meluluskan putra-putri bangsa sebanyak tujuh angkatan sekira 7000 alumnus yang sampai saat ini sudah dan terus mengabdikan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh dari MAZ untuk bangsa dan negara.

Dengan demikian, kami berharap Indonesia tercinta kita ini akan menjadi lebih kuat dan sejahtera.


Tulisan: REP

Sumber: kompasiana.com

Al-Zaytun yang terbaik! - Ucapan penuh Menag Indonesia ketika berkunjung ke Al-Zaytun

* Sila klik link di bawah

Al-Zaytun - Partai Demokrat Sehati Bangun Bangsa

Partai Demokrat menjalin silaturahim dengan Mahad Al-Zaytun dalam rangka membangun bangsa dan negara ke depan. Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono berkeyakinan, Al-Zaytun dan Partai Demokrat mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara. Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang juga berpendapat, kedua kekuatan ini bila bersinergi, akan menjadi kekuatan bangsa.

Partai Demokrat dan Mahad Al-Zaytun menorehkan catatan baru dalam perjalanan dua lembaga itu. Puluhan elit partai berlambang tiga berlian itu, mulai dari pengurus pusat, provinsi hingga kabupaten datang bersilaturahim ke kampus Al-Zaytun di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu pada Kamis 17 Maret 2011. Dalam silaturahim itu Partai Demokrat dipimpin langsung oleh Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono, yang juga putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka disambut oleh Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang, para civitas akademik Al-Zaytun, dan para pengurus ormas Masyarakat Indonesia Membangun yang datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa.

Pertemuan yang baru pertama kalinya ini barangkali boleh disebut merupakan titik awal sinergi dua kekuatan, yakni bidang politik dan pendidikan yang cukup besar dalam perjalanan bangsa ke depan. Partai Demokrat merupakan partai pemenang pemilu 2009 sekaligus menjadi partai berkuasa hingga 2014. Sementara Mahad Al-Zaytun merupakan kampus yang mengusung visi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian yang telah mendidik anak bangsa dari seluruh daerah di Indonesia, bahkan dari beberapa negara.

Beberapa hikmah lahir dari pertemuan yang berlangsung bersahabat dan jauh dari kesan kampanye itu. Salah satu di antaranya, kedua pihak tampak sehati untuk membangun bangsa dan negara menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan bermartabat.

Pertemuan itu sendiri terasa sangat singkat, yakni hanya sekitar tiga jam. Walau demikian, banyak hal yang telah dilakukan bersama kedua belah pihak sehingga pertemuan itu meninggalkan kesan dan kenangan yang indah dan baik.

Karena kepadatan acara pengurus Partai Demokrat itu pada siang harinya, rombongan itu pun baru sampai ke kampus Al-Zaytun menjelang magrib. Walau demikian, hikmah pertemuan tersebut sedikitpun tidak berkurang. Seluruh civitas akademik Al-Zaytun yang sudah menunggu sejak siang tetap menyambut rombongan Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat itu dengan sukacita. Para santri yang khusus bertugas, tetap semangat menyambut rombongan mulai dari gerbang ketibaan hingga di mashykoh, yakni gedung atau rumah kediaman Syaykh, tempat dimana pertemuan diadakan.

Di mashykoh, rombongan disambut oleh Syaykh Al-Zaytun, keluarga, para eksponen Al-Zaytun, serta pengurus dan anggota ormas “Masyarakat Indonesia Membangun” yang memang sengaja diundang untuk mengikuti pertemuan tersebut.

Diiringi alunan merdu gamelan serta diselingi paduan suara santriawan dan santriwati yang melantunkan lagu-lagu nasional, dan himne Mahad Al-Zaytun, himne Universitas Al-Zaytun, serta himne dan mars ormas “Masyarakat Indonesia Membangun”, silaturahim kedua belah pihak tampak penuh kehangatan dan persaudaraan.

Karena kebetulan azan magrib sudah tiba, maka sebelum melanjutkan acara silaturahim, kedua belah pihak kemudian sepakat untuk menunaikan sholat magrib berjamaah lebih dulu di masjid terdekat dari mashykoh, yakni Masjid al-Hayat yang berada di sisi selatan dari kediaman Syaykh tersebut. Di Masjid, Syaykh, Anas, Edhie Baskoro yang berada di barisan paling depan tampak khusuk menunaikan sholat.

Usai menunaikan sholat, rombongan kemudian dijamu makan malam di tempat yang sama. Dalam kesempatan itu, Syaykh Al-Zaytun dan Umi Farida al Widad, putra dan putri Syaykh, Imam Prawoto dan Khoirunnisa, serta Adik Syaykh, MYR Agung Sidayu yang makan semeja dengan Anas Urbaningrum dan istri Athiyyah Laila, Edhie Baskoro, serta Herman Poiron memanfaatkan waktu untuk beramah tamah. Dalam kesempatan itu, Syaykh juga secara sekilas menceritakan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Al-Zaytun, yang ditanggapi cukup apresiatif oleh Anas dan Ibas serta yang lainnya, khususnya mengenai kegiatan pertanian di kampus pendidikan terpadu tersebut.

Acara makan malam yang diiringi lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh grub band Al-Zaytun sendiri, menambah keakraban kedua belah pihak. Beberapa orang peserta rombongan Partai Demokrat bahkan sempat menyumbangkan lagu yang disambut meriah oleh seluruh peserta pertemuan.

Usai makan malam, acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan, setelah sebelumnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga didaulat memberi sambutan mempersilakan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mewakili semua rombongan memberikan sambutan. Anas pun menyampaikan sambutannya dalam suasana kekeluargaan dan bahasa cukup diplomatis.

Partai Demokrat Bangun Ikatan Sinergi Mengawali sambutannya, Anas mengatakan bahwa kehadiran mereka itu adalah untuk silaturahim, sowan, karena mereka yakin dan paham Partai Demokrat dan Mahad Al-Zaytun mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara. “Kami garis bawahi itu, kami syukuri malam hari ini, kami bisa hadir silaturahim, sowan, rombongan dari Jakarta, dari Bandung, dari Indramayu sendiri, tanda bahwa kami ingin membangun tali persahabatan, tali persaudaraan, ikatan sinergi. Karena kami tahu, kami yakin, kami paham, kita mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara,” katanya. “Itu yang paling pokok, selebihnya sudah lengkap. Sudah bertemu, sudah saling bersalaman, sudah berwacara, sudah sholat jamaah, sudah makam malam bersama, sudah bernyanyi bersama. Sudah lengkap, sudah sempurna,” lanjut Anas.

Secara diplomatis, Anas juga mengatakan pertemuan itu sangat sempurna karena isyarat sudah disampaikan oleh Syaykh dengan baju yang dikenakannya. Ketika itu, Syaykh memang sengaja memakai baju warna biru, warna Partai Demokrat, untuk menyambut rombongan Anas dan Ibas serta pengurus Partai Demokrat lainnya.

Lebih lanjut Anas mengatakan bahwa kehadirannya kali ini tidak semata-mata sebagai ketua umum partai, tapi juga dalam konteks tadzim junior kepada seniornya. Anas dan Edhie Baskoro yang saat itu mengenakan baju batik mengaku sebelum sampai ke Mahad Al-Zaytun sudah lebih dulu membuka baju partainya. “Baju saya sudah saya lepas di luar tadi. Saya kalau baju biru banyak tapi sudah saya lepas bajunya karena saya hadir dalam konteks tadzim junior kepada seniornya,” ujarnya.

Kembali secara diplomatis, Anas mengatakan, “dan di mana pun juga rumusnya, senior itu pasti sayang dan membantu juniornya. Itu sudah sunatullah. Dan sunatulllah itu saya yakin berlaku di Mahad Al-Zaytun. Karena itu, sebetulnya sudah selesai semua.”

Setelah kembali menyampaikan terimakasih atas sambutan, penerimaan yang sangat hangat, bersahabat, dan penuh sayang seorang senior kepada juniornya, Anas mengatakan keyakinannya bahwa pertemuan kali ini akan menjadi titik yang penting untuk membangun kesepahaman-kesepahaman yang dalam tentang bagaimana mengurus bangsa dan negara ke depan dengan makin baik dan makin bermartabat. Selanjutnya, Anas mengatakan, dirinya mengikuti petuah dari Syaykh saja. “Selebihnya, junior ikut petuah seniornya,” katanya diplomatis.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Anas juga menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan sebagian rombongannya. Dengan sedikit berseloroh, Anas memperkenalkan satu persatu rombongannya mulai dari Sekjen Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono. Tentang pria yang akrab dipanggil Ibas ini, Anas mengatakan bahwa kedatangan Edhie Baskoro sebetulnya memiliki misi agak khusus, yakni mencari siapa tahu ada santri yang cocok. Ucapan itu spontan disambut tepuk tangan oleh seluruh hadirin.

Anas selanjutnya memperkenalkan Herman Poiron, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang juga menangani Departemen Pertanian di DPP Partai Demokrat. Tentang pria ini, masih dengan berguyon, Anas mengatakan ilmu pertaniannya kalah jauh dengan Syaykh. “Tadi (saat di meja makan) ada kuliah khusus tentang beras, tentang kacang, tentang kedelai, yang itu belum ada di Komisi IV. Jadi Syaykh ini juga patut kita sebut sebagai “Begawan Pertanian,” katanya.

Kemudian, Anas berturut-turut memperkenalkan Saan Mustofa, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat di DPR RI; kemudian Rifki Arshaad, Ketua Komisi VII DPR RI; Kamal Rozali, Sekretaris Departemen Pertanian Partai Demokrat; Pashya Ismaya Sukarti, anggota Komisi VI DPR RI yang juga Ketua Departemen Perdagangan DPP Partai Demokrat; Nirwan Hamid, Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI; Rosyid Hidayat, anggota Komisi IV DPR RI.

Kemudian Niwan Sulanjana, Ketua Partai Demokrat Jawa Barat; Irfan Suryanegara, Ketua DPRD Jawa Barat; Djafar Nainggolan, anggota DPR RI Komisi IV; Sri Irayati, anggota Komisi IV DPR RI; Budi, Wakil Ketua Partai Demokrat Indramayu. Dan terakhir, istrinya, Athiyyah Laila.

“Inilah yang ingin saya sampaikan Syaykh dan keluarga besar Al-Zaytun. Mengapa saya tidak berkata panjang karena kesimpulannya sudah ada. Kesimpulannya sudah di tangan Syaykh. Sekali lagi kami sampaikan terimakasih, rasa syukur yang dalam atas pertemuan silaturahim malam hari ini. Kami yakin sekali lagi, ke depan kita bisa bersinergi untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai,” ucap Anas menutup sambutannya.

Syaykh: Isyarat Baju Biru

Sementara Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang yang dengan maksud agar lebih dekat, dalam sambutannya memanggil Anas Urbaningrum dengan adinda dan Edhie Baskoro dengan Dik Ibas. Syaykh mengatakan, bersyukur pada Allah bahwa malam itu kekuatan politik nasional dan sejumput anak bangsa yang sedang menekuni pendidikan dipertemukan oleh Allah yang Maha Kuasa dalam satu ruangan di kampus Al-Zaytun.

Syaykh menyebut pertemuan itu sebagai pertemuan yang sangat hebat, karena dua kekuatan itu, antara politisi dan pendidik, bila bersinergi insya Allah akan merupakan kekuatan bangsa yang tangguh.

Menanggapi sambutan Anas sebelumnya yang mengatakan bahwa kesimpulan telah ada di tangan Syaykh Al-Zaytun, Syaykh mengatakan pembukaan dan prosesnya memang telah dibuat, tinggal penutupannya. Supaya tidak terlalu lama berdialog panjang lebar, Syaykh pun mengatakan bahwa lebih baik tampilkan isyarat. Kibarkan bendera saja. Menganalogikan dengan sebuah pertandingan tinju, Syaykh mengatakan kalau ada orang bertanding tinju, kalau menyerah biasanya melemparkan bendera putih. Tapi kalau menang, lemparkan bendera biru.

Seiring dengan itu, makanya sebelum kedatangan para pengurus Partai Demokrat itu, Syaykh sudah meminta kepada Umi Farida al Widad, istrinya, untuk membikinkannya baju biru. Maksudnya, jika Anas dan Ibas datang, Syaykh tidak terlalu panjang lebar lagi bicara atau tidak terlalu lama lagi menyampaikan hal-hal yang dibicarakan. Jadi, saat Anas, Ibas dan rombongan sampai, isyarat pun sudah sampai, sehingga tinggal jabat tangan.

Menurut Syaykh, ada dua perjalanan di dunia ini. Satu, mukhodimah, yakni perjalanan yang tidak selesai-selesai. Itu yang pernah dipraktekkan oleh Ibnu Khaldun. Dimana sampai sekarang buku Ibnu Khaldun itu namanya hanya Mukhodimah Ibnu Khaldun. Tidak pernah ada simpul. Mukhodimah terus, mukhodimah terus. Perjalanan satu lagi adalah seperti yang terjadi dalam pertemuan ini. Sebab nggak tahu kapan awal dan prosesnya, ujuk-ujuk sudah ada kesimpulan.

Selanjutnya dikatakan Syaykh, menurut kata orang, diplomasi itu yang penting bukan prosesnya, tapi ending-nya. Anas Urbaningrum, menurut Syaykh, adalah ahlinya karena memang ahli diplomasi. Jadi, menurut Syaykh, Partai Demokrat dan Al-Zaytun sudah ketemu, tidak usah diucapkan. Sebab kalau diucapkan, itu kadang-kadang saling menuntut.

Mengenang beberapa waktu yang lalu, ketika ada pemilihan umum ulang di Al-Zaytun, KPU sebagai panitia dan Anas sebagai anggota KPU ketika itu, pernah datang namun tidak mampir. Para pengurus Al-Zaytun pun pernah menanyakan alasan tidak mampirnya Anas itu kepada Syaykh.

Menjawab pertanyaan itu, Syaykh ketika itu menjawab, bukan waktunya. Suatu saat akan datang. Ternyata sekarang benar-benar datang. Datangnya bukan waktu pemilihan umum. Itu, menurut Syaykh, suatu yang sehat. Tahun 2014 itu memang masih panjang. Tapi orang yang pandangannya jauh ke depan, selalu berpikir panjang dan memulai cepat. Daripada datang nanti dekat-dekat tahun 2014, pasti macam-macam tanggapan orang. Sekarang, baru tahun 2011, Anas juga memboyong para pengurus partai dari pusat hingga daerah.

Perjalanan para politisi seperti ini, menurut Syaykh tentunya memiliki banyak cita-cita ke depan. Sebagai seorang pendidik, “mesemnya politisi” Syaykh mengaku paham. Jadi tidak usah dijawab lisan. Langkah seseorang itu lebih tegas daripada ucapannya. “Jadi sekarang, apa kurang tegas? Ini (sambil menunjuk songkok) kalau boleh, saya pakai biru. Cuma nggak pantas, sebab cat rambut pun tidak ada yang memakai cat biru. Walaupun dari Demokrat, andai rambutnya putih, tidak bakal dicat biru, pasti cat hitam. Songkoknya pun songkok hitam,” kata Syaykh.

Ditambahkan Syaykh, baju yang dikenakannya, apakah mirip atau tidak, menurut Syaykh yang penting itu jahitan istri, sekaligus untuk menampilkan supaya ia nanti tidak banyak ditanya. Sementara simbolnya, nanti setelah Anas memberikan. “Jangan sampai hidung tak mancung pipi yang didorong-dorong. Nanti kalau sudah dikasih, baru disematkan,” kata Syaykh.

Kepada seluruh hadirin, Syaykh dengan bahasa diplomasi juga mengatakan, inilah kunjungan Partai Demokrat. Dikatakan kunjungan biasa, memang biasa. Kalau sudah partai politik berkunjung, tak lain tak bukan, ya itu. Kedekatan apa pun, tapi kalau sudah kunjungan partai, ya, itu.

Pada kesempatan itu, Syaykh juga memperkenalkan rombongan pengurus organisasi massa yang didirikannya, yang sengaja diundang untuk mengikuti pertemuan itu. “Di sini, mumpung kita bertemu, kami perkenalkan kepada saudara-saudara, kami undang semua kawan dari Jawa Timur. Dari Banyuwangi hingga Banten, kami undang. Karena kami punya ormas yang namanya ‘Masyarakat Indonesia Membangun’. Nah, siapa tahu itu bisa disinergikan dalam perjalanan-perjalanan ke depan,” ujar Syaykh.

Selanjutnya, Syaykh juga menceritakan sebagian aktivitas pertanian yang dilakukan di kampus Al-Zaytun. Dikatakan, bahwa Al-Zaytun telah mulai mengadakan penelitian-penelitian tentang pangan. Ada kedelai dan beras. Beras yang diteliti adalah beras yang bisa dijual ke luar, yang orang internasional makan. Sementara kedelai, yang diteliti adalah kedelai yang bisa menyetop produk luar. Jadi, beras bisa dijual keluar, kedelai bisa menyetop produk luar. Syaykh mengatakan, jika ditanami dengan seksama, akan menjadi ketahanan pangan. Bisa dibayangkan, kedelai, kalau di Amerika hari ini 7,5 ton per hektare, di China 8 ton per hektare, di Indonesia umumnya 2 ton kurang/ha, kadang-kadang 1,8 ton, kadang-kadng 1,9 ton/ha.

Nah, penelitian Al-Zaytun tahun ini, bisa menemukan kedelai yang awalnya dari kampung, setelah diteliti secara pendidikan seperti mendidik manusia, ada kelas satu, dua, tiga dan enam. Nah sekarang sudah kelas enam, sudah dianggap lulus. Itu 100 butir beratnya 25 gram. Sedangkan kedelai Amerika dan China yang selama ini diimpor Indonesia, paling tinggi 22 gram. Kedelai ini Syaykh namai kedelai Indonesia. Sedangkan Anas, menurut Syaykh, bisa menamainya kedelai Jin Bun, sesuai nama dari Raden Patah di Demak.

Selain kedelai, Syaykh mengatakan bahwa Al-Zaytun juga punya tanaman kacang. Kacang ini sudah tujuh tahun menjalani proses penelitian. 100 biji kacang ini beratnya bisa 84 gram. Jadi bisa dibayangkan jika satu hektare itu bisa berapa. Rencananya dalam waktu dekat, Al-Zaytun akan menanam 5 ha. Kemudian tiga bulan ke depan, pada waktu panen rayanya, ketua umum dan sekjen dan rombongan Partai Demokrat akan diundang untuk memanen. Anas sendiri sudah menyatakan kesiapannya. “Yang memanen, sama-sama kita. Langit biru mengayomi kedelai, langit biru mengayomi kacang tanah, langit biru mengayomi Koshi Hikari,” kata Syaykh.

Koshi Hikari di Mahad Al-Zaytun, menurut Syaykh, merupakan beras yang paling bagus di dunia. “Kemarin kami panen, tapi baru sedikit karena memang untuk penelitian, baru 50 kg yang bisa dimakan. Di Jakarta dijual yang super, Rp 100 ribu per kg. Di Indonesia, di Al-Zaytun ini sudah bisa ditanam. Nah, kalau kita sebarkan ke seluruh Indonesia, itu bisa kita ekspor,” lanjut Syaykh.

Mengulang ucapan sebelumnya, Syaykh mengatakan supaya Indonesia tidak terlalu banyak mengimpor kedelai, mari kita tanam kedelai Jin Bun. Nanti panen rayanya akan diminta Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat untuk datang. Tapi nanti jika sekali lagi datang, Syaykh meminta agar datangnya jangan malam. Karena kalau malam, tidak ada yang bisa ditengok. Padahal kalau siang, bisa ditunjukkan banyak hal.

Menurut Syaykh, tanaman-tanaman inilah yang bisa mendatangkan kedekatan dengan rakyat. Sebab pendekatan pada rakyat mesti dengan bahasa rakyat. Sementara bicara mengenai rakyat, kalau rakyat itu sudah bisa memiliki hasil satu bahu tanah bisa 7 ton, menurut Syaykh, itu baru luar biasa. Sebab di kampung-kampung, satu bahu itu sekarang paling 4 ton.

Memastikan kebenaran ucapannya, Syaykh sengaja menanyakan hal tersebut kepada Asmin, salah seorang tokoh masyarakat yang juga tokoh Partai Golkar di Kecamatan Gantar itu. Pernyataan Syaykh itu pun dibenarkan oleh Asmin. Dalam kesempatan itu, Syaykh kemudian memperkenalkan Asmin kepada tamu-tamu dari Partai Demokrat. Menurut Syaykh, Asmin ini merupakan dedengkot Golkar di desa dan kecamatan di mana Al-Zaytun berada. Saking dedengkotnya, sampai bisa mengantarkan Khoirunnisa, putri pertama Syaykh jadi anggota DPRD Indramayu pada Pemilu 2009 lalu. “Itu dia, senyum-senyum saja. Karena sudah aqil baligh, ya disuruh menyimpulkan sendiri saja omongan ayahandanya kemana arahnya,” ujar Syaykh memperkenalkan Khoirunnisa. “Iyah, namanya juga obrolan pimpinan partai dengan orang yang menekuni pendidikan, iyah beginilah,” kata Syaykh lebih lanjut.

Syaykh berharap, pertemuan ini gayung bersambut. Gayungnya juga mudah-mudahan jangan gayung kosong. Tapi gayung penuh air sehingga saling isi mengisi. Syaykh sendiri mengatakan yakin harapannya terwujud karena Anas dulu pernah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sementara Syaykh sendiri juga pernah jadi anggota HMI. “Nah ini (Syaykh), jelek-jelek juga pernah anggota Himpunan Mahasiswa Islam. Tapi kalau beliau di Jawa Timur, kemudian juga di pusat, kita cuma di sudut kampung, di Ciputat,” kata Syaykh.

Syaykh mengatakan, sekarang juga masuk sudut kampung lagi. Tapi walau di kampung, Syaykh mengaku bangga. “Jadi kami ini tinggal di hutan belantara dan kami bangga dengan hutan belantara ini,” ujarnya. Ditambahkan Syaykh, tanaman yang Presiden kampanyekan, trembesi, kini di kampus Al-Zaytun sudah besar-besar. Kemudian Calophyllum Inophyllum yang dulu Panglima Jawa Barat kampanyekan, juga sudah banyak dan sebentar lagi akan panen dan akan dibuat biodiesel dan lain sebagainya. Dan yang tiap hari panen di Al-Zaytun adalah oksigen. Di mahad ini oksigennya bagus karena tidak merokok, kemudian kendaraan bermotor juga tidak bebas.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Syaykh mengatakan SGSL atas kedatangan rombongan Partai Demokrat. SGSL, Saguh, yakni sudah sanggup menerima kedatangan Partai Demokrat. Gupuh, yakni sudah sabar menunggu, yakni dari sebelumnya janji jam dua tapi akhirnya baru tiba menjelang maghrib. Kemudian Suguh, yakni sudah disuguhi. Dan terakhir, Lungguh, yakni semua bisa duduk dengan baik, dimana Masyikhoh, yang pembangunannya dicicil selama 12 tahun dan baru selesai itu, yang menduduki pertama kalinya adalah Partai Demokrat.

“Jadi SGSL itu, saguh, gupuh, suguh, dan lungguh. Kata orang Indramayu itu. Saguh, siap. Gupuh, dari jam dua nunggu. Suguh, jelek-jelek juga sudah disampaikan. Lungguh, semua bisa duduk dengan baik. Karena apa? Tempat ini sudah 12 tahun dicicil-cicil dibangun, nah yang mendahului masuk kok Partai Demokrat. Ini disengaja atau bagaimana? Dunia ini tidak ada yang tidak ditakdirkan. Semua adalah takdir Ilahi. Jadi diplomasinya tidak usah ajak-mengajak. Sudah panjenengan datang, sudah ngerti, wong partai kok. Partainya partai baju biru,” ujar Syaykh.

Kepada peserta pertemuan dari ormas Masyarakat Indonesia Membangun, yang datang dari Ujungkulon sampai ujungwetan Anyer Panarukan, Syaykh juga mengatakan bahwa cerita pertemuan ini ya begitu saja. “Saudara harus paham. Mengajak nggak, melarang juga nggak. Begini saja. Tapi biasanya Ing ngarso sungtulodo,” kata Syaykh.

“Sekian saja sebagai sambutan silaturahim. Mudah-mudahan ini awal daripada perjalanan kita yang sangat jauh ke depan. Karena Indonesia ini tidak ada batas umur dan kita berharap seperti itu. Perjalanan panjang sekali, dan ditentukan hari ini. Hari ini kita berbuat sesuatu yang baik ke depan, Indonesia tersenyum bahwa kelakuan kita baik. Kalau tidak seperti itu, umpamanya sebaliknya, Indonesia juga tidak sedih karena masih banyak orang Indonesia yang bisa berbuat baik. Untuk itu, daripada tidak berbuat baik, mari kita semua berbuat baik untuk Indonesia.

Mudah-mudahan pertemuan kita ini bermanfaat untuk kita bersama, untuk bangsa Indonesia. Selanjutnya, kami berdoa pada Allah untuk pimpinan bangsa ini, Presiden Republik Indonesia, mudah-mudahan beliau selalu diberi kekuatan. Disihatkan oleh Allah memimpin bangsa ini sampai batas tugas yang dipercayakan oleh rakyat pada beliau. Mudah-mudahan bangsa Indonesia diberi kekuatan untuk maju ke depan mencapai cita-citanya, merdeka untuk membangun,” tutup Syaykh.
Sebelum bertolak pulang malam itu, Anas dan rombongan menyerahkan sumbangan dan cenderamata kepada Al-Zaytun, yakni dukungan pendidikan, sebuah Kamus Arab-Indonesia, sajadah, dan Pandel Partai Demokrat. Sementara itu, Al-Zaytun juga memberangkatkan rombongan Partai Demokrat dengan oleh-oleh berupa beras, pisang dan beberapa hasil pertanian dari Mahad Al-Zaytun.

Tulisan: Marjuka Hotsan

Sumber: beritaindonesia.co.id

Menag: Al Zaytun Tidak Melakukan Pelanggaran

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, Pondok Pesantren Al Zaytun yang diduga terkait dengan Negara Islam Indonesia (NII) tidak melakukan pelanggaran.

"Tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh Al Zaytun. Kurikulum pendidikannya sama seperti yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama," kata Suryadharma saat Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, jika ada kaitan antara Al Zaytun dengan NII, maka penyelesaian isu tersebut bukan di kementeriannya.

"Kita Kementerian Agama tidak mengurus hal tersebut. Kita hanya bicara soal kurikulum Al Zaytun yang merupakan sebuah pondok pesantren," kata Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris Ansyad Mbai mengatakan, terjadinya aksi teror dan tindakan anarkis di tanah air karena Negara Islam Indonesia (NII). "Biang kerusuhan dan teror di Indonesia adalah NII," kata Ansyad.

Selain itu, tambah Ansyad, masalah hukum yang lemah juga menyebabkan NII tumbuh subur.

"Dulu hukum kita kuat sehingga petinggi NII lari ke luar negeri. Sekarang hukum kita lemah, mereka yang ada di luar negeri
kembali lagi," kata Ansyad.

Tulisan: Bambang
Sumber: antaranews.com

Menag dan MUI Harus Selamatkan Al Zaytun

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus menyelamatkan pondok pesantren Al Zaytun di Indramayu karena telah menjadi aset penting bagi umat Islam Indonesia, bangsa dan negara.

"Kunjungan Menteri Agama Suryadharma Ali dan jajarannya ke Pondok Pesantren Al Zaytun patut diberi apresiasi, karena bisa sedikit meredakan kekhawatiran masyarakat," kata sosiolog dan dosen Univ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Musni Umar di Jakarta, Jumat.

MUI sebaiknya berkoordinasi dan bekerjasama dengan Menteri Agama dan jangan ikut menciptakan keresahan masyarakat yang sudah resah, karena bagaimanapun Al Zaytun merupakan aset bangsa dan umat yang harus diselamatkan.

"Masyarakat dan bangsa Indonesia selayaknya berterima kasih, karena pondok pesantren Al Zaytun dan berbagai pesantren lainnya telah memberi andil yang besar dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kualitas iman dan taqwa (imtaq), memiliki ilmu pengetahuan, serta menguasai bahasa asing sebagai syarat untuk memasuki pergaulan global, sehingga dalam keadaan bagaimanapun Pondok Pesantren Al Zaytun harus diselamatkan," kata Musni Umar.

Bangsa Indonesia akan mengalami kerugian, lanjut sosiolog tersebut, jika berbagai kontroversi NII yang mengaitkan dengan pondok pesantren Al Zaytun, yang dipimpin Panji Gumilang, merusak citra pondok pesantren itu.

"Orang tua bisa menarik putra-putrinya yang sedang belajar di pondok itu, dan para orang tua lainnya tidak mau menyekolahkan anak-anaknya di Al Zaytun. Hal ini penting diingatkan, karena jika tidak segera dihentikan perdebatan yang kurang produktif itu, pondok pesantren Al Zaytun bisa bubar," katanya.

Masyarakat Indonesia harus belajar dewasa dan mengembangkan prasangka baik (husnuzzhan), karena sangat mustahil pemerintah dan aparat intelijen membiarkan Al Zaytun menjadi sarang pengkaderan NII.

Ia mengatakan, karena wacana yang mengaitkan Al Zaytun dengan NII dan PanJi Gumilang sudah menjadi opini umum, maka diharapkan aparat berwajib (polisi) melakukan penyelidikan dan menjelaskan hasil penyelidikannya ke publik.

Tulisan: Bambang
Sumber: antaranews.com

Menag: Al Zaytun Terkait NII? Silahkan Buktikan Pada Kami

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Menteri Agama Suryadharma Ali mempersilahkan kepada siapa pun yang bisa membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, yang didirikan oleh Panji Gumilang dengan Negara Islam Indonesia (NII).

"Siapa yang mengatakan Al Zaytun terkait NII silahkan bukitkan, jangan cuma dikatakan. Kalau kita menuduh tanpa pembuktian khawatir menjadi fitnah," kata Suryadharma Ali, di Bandung, Minggu petang.
Ia menegaskan, jika memang terbukti ada keterkaitan antara Pesantren Al Zaytun dengan NII mengapa pihak keamanan polisi sampai sekarang tidak memprosesnya secara hukum.

"Kalau memang terbukti mengapa pihak kemanan tidak memproses, itu kalau memang terbukti," ujar Suryadharma Ali. Terkait kedatangannya ke Pondok Pesantren Al Zaytun, Menag menyatakan bahwa kunjungan dirinya ke tempat tersebut merupakan sebuah langkah yang diambil pihaknya untuk melihat langsung apa yang dikerjakan di sana.

"Saya datang ke sana (Pesantren Al Zaytun) melihat apa yg dikerjakan, bukan hanya sekedar menyimpulkan apa yang dikerjakan. Jadi saya melihat apa yang dikerjakan di sana. Saya tidak melihat, sistem pengaitan lembaga Al Zaytun dengan NII," katanya.

Menurutnya, susah untuk mengaitkan Pesantren Al Zaytun dengan NII karena dari segi pengelolaan gedung, pendidikan, biaya pendidikan dan manajemen sudah menggunakan sistem yang modern.

"Di sana, dari segi gedung sangat modern, pengelolaan pendidikan modern, pembiayaan pendidikan dengan cara yg modern, manajemen modern dan apresiasi terhadap seni musik jauh lebih besar. Atas dasar itu, saya melihat sesuatu yang berbeda kalau pondok pesantren tidak memiliki pandangan yang radikal itu tidak terlihat tanda-tanda itu," katanya.

Lebih lanjut Menag mengatakan, saat dirinya berkunjungan ke Pesantren Al Zaytun, ia sempat melakukan dialog dengan pendirinya yakni Panji Gumilang. "Saat saya datang ke sana. Saya membuka dialog dan disaksikan 50 sampai 70 wartawan. Saya tanyakan kepada Syekh Panji. Wartawan banyak tanya ke saya tentang Al Zatyun ada kaitannya dengan NII. Saya tidak bisa menjawab karena saya tidak tahu." katanya.

"Oleh karenanya saya mencari informasi langsung dari sumber pertamanya (Panji Gumilang). Syekh ini, menurut pandangan orang memiliki keterkaiaran dengan NII karena tiga unsur diantara historis dan pendanaan. Apa benar. Itu saya tanyakan semua kepada beliau dan beliau membatahknya," kata Suryadharma Ali.

Oleh karena itu, atas dasar hal tersebut pihaknya menyatakan bahwa sulit untuk menyatakan bahwa ada keterlibatan antara NII dengan Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jabar.

Ia menambahkan, pandangannya tentang Pesantren Al Zaytun juga merupakan sebuah konfirmasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kementerian Agama tahun 2002 tentang keterlibatan Pesantren Al Zaytun dengan NII.

"Penelitian Badan Litbang Kementerian Agama pada tahun 2002 yang digali dari lulusan, murid, kurikulum, buku-bukunya, metode pendidikan, pendidikan ekstra kulikuler, sama dengan saya, hasilnya sulit mengaitkan lembaga Al Zaytun dengan NII," katanya.

Pihaknya juga meminta tidak mau gegabah dalam memberikan penilian bahwa Al Zaytun ada kaitannya dengan NII karena masalah alumni atau lulusannya. "Sudah ada puluhan ribu lulusan Al Zaytun. Kalau puluhan ribu lulusan Al Zaytun mencari kerja, lalu di cap sebagai kader Islam garis keras gimana. Padahal tidak terbukti. Saya minta semua pihak bisa arif dan bijaksana dalam menyikapi hal ini," katanya.

Tulisan: Stevy Maradona
Sumber: Antara

Menag Curhat ke DPR Soal Kunjungannya ke Al-Zaytun

Jakarta - Menteri Agama Suryadharma Ali curhat soal kunjungannya ke pondok pesantren Al-Zaytun pekan lalu, ke anggota Komisi VIII DPR. Dari kunjungannya, Menag menyimpulkan tidak ada radikalisme di ponpes di Indramayu tersebut.

Menag bercerita, kesan-kesan yang ia tangkap saat pertama kali mengunjungi Al-Zaytun.

"Waktu saya datang ke sana, saya disambut dengan kibaran bendera Merah Putih yang dipegang ribuan santri yang mengibar-ngibarkan kepada saya sebagai ucapan selamat datang. Itu kesan pertama," kata Menag.

Hal itu dikisahkan Menag dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VIII DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2011). Rapat juga dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai.

Kesan kedua, lanjut Menag, ia disambut dengan rebana. "Ini biasa. Di ponpes manapun ada. Yang ketiga, saya disambut dengan gamelan, ini mulai luar biasa. Ponpes mana ada gamelan?" kisahnya.

Menag melanjutkan, begitu masuk ke sebuah rumah, ia disambut oleh band. "Band itu dari lagu-lagu berbahasa Indonesia, Arab, Inggris, Spanyol dan Latin. Ponpes mana yang memberikan apresiasi musik seperti itu? Aliran keras mana yang memberikan apresiasi musik seperti itu?" tanya Menag.

Ketua Umum PPP itu juga mengaku berkesan saat diajak keliling kampus Al-Zaytun seluas 250 hektar dan berdiri di atas lahan seluas 1.200 hektar.

"Dari 1.200 hektar yang dimiliki oleh Al-Zaytun, yang 250 hektar itu terdiri dari bangunan kampus dan hutan kampus. Luar biasa saya melihat seperti itu," ujarnya.

Dia mengatakan, pengelolaannya aktivitas Al-Zaytun seperti aktivitas makan, pelayanan kesehatan dan beasiswanya, dilakukan secara modern.

"Saya bertanya kok dengan keadaan seperti ini, tidak menunjukkan ciri-ciri radikalisme di sini. Anak-anak SD-nya itu tidak ada yang pakai jilbab, dia baru pake jilbab saat 1 SMP/Tsanawiyah, kelas 1 sampai 6 SD tidak berjiilbab," kata Menag.

Tidak hanya itu, Menag bercerita, santri di Al-Zaytun juga berkomunikasi dengan dunia luar dengan menggunakan 120 komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet.

"Mereka belajar internet, belajar macem-macem. Dan itu berbahasa Inggris. Mereka belajar bahasa Inggris, Arab. Kurikulumnya perpaduan perpaduan kurikulum Kemenag, Kemendiknas, dan kurikulum lokal, seperti hafal Al-Quran, belajar bahasa asing, musik, kewarganegaraan," katanya.

Saat berdialog dengan Panji Gumilang, Menag mengatakan, ia juga menanyakan semua tudingan yang ditujukan kepada pemimpin pesantren itu. Dialog disaksikan puluhan wartawan.

"Intinya dia (Panji Gumilang-red) menolak semua itu. Wartawan bertanya dengan tajam dan dijawab dengan baik olehnya dan bisa diterima dengan akal," kata menag.

"Saya tidak melihat tanda-tanda radikalisme di situ selesai meninjau," tutupnya.

Tulisan: Laurencius Simanjuntak
Sumber: detikNews