Menag bercerita, kesan-kesan yang ia tangkap saat pertama kali mengunjungi Al-Zaytun.
"Waktu saya datang ke sana, saya disambut dengan kibaran bendera Merah Putih yang dipegang ribuan santri yang mengibar-ngibarkan kepada saya sebagai ucapan selamat datang. Itu kesan pertama," kata Menag.
Hal itu dikisahkan Menag dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VIII DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2011). Rapat juga dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai.
Kesan kedua, lanjut Menag, ia disambut dengan rebana. "Ini biasa. Di ponpes manapun ada. Yang ketiga, saya disambut dengan gamelan, ini mulai luar biasa. Ponpes mana ada gamelan?" kisahnya.
Menag melanjutkan, begitu masuk ke sebuah rumah, ia disambut oleh band. "Band itu dari lagu-lagu berbahasa Indonesia, Arab, Inggris, Spanyol dan Latin. Ponpes mana yang memberikan apresiasi musik seperti itu? Aliran keras mana yang memberikan apresiasi musik seperti itu?" tanya Menag.
Ketua Umum PPP itu juga mengaku berkesan saat diajak keliling kampus Al-Zaytun seluas 250 hektar dan berdiri di atas lahan seluas 1.200 hektar.
"Dari 1.200 hektar yang dimiliki oleh Al-Zaytun, yang 250 hektar itu terdiri dari bangunan kampus dan hutan kampus. Luar biasa saya melihat seperti itu," ujarnya.
Dia mengatakan, pengelolaannya aktivitas Al-Zaytun seperti aktivitas makan, pelayanan kesehatan dan beasiswanya, dilakukan secara modern.
"Saya bertanya kok dengan keadaan seperti ini, tidak menunjukkan ciri-ciri radikalisme di sini. Anak-anak SD-nya itu tidak ada yang pakai jilbab, dia baru pake jilbab saat 1 SMP/Tsanawiyah, kelas 1 sampai 6 SD tidak berjiilbab," kata Menag.
Tidak hanya itu, Menag bercerita, santri di Al-Zaytun juga berkomunikasi dengan dunia luar dengan menggunakan 120 komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet.
"Mereka belajar internet, belajar macem-macem. Dan itu berbahasa Inggris. Mereka belajar bahasa Inggris, Arab. Kurikulumnya perpaduan perpaduan kurikulum Kemenag, Kemendiknas, dan kurikulum lokal, seperti hafal Al-Quran, belajar bahasa asing, musik, kewarganegaraan," katanya.
Saat berdialog dengan Panji Gumilang, Menag mengatakan, ia juga menanyakan semua tudingan yang ditujukan kepada pemimpin pesantren itu. Dialog disaksikan puluhan wartawan.
"Intinya dia (Panji Gumilang-red) menolak semua itu. Wartawan bertanya dengan tajam dan dijawab dengan baik olehnya dan bisa diterima dengan akal," kata menag.
"Saya tidak melihat tanda-tanda radikalisme di situ selesai meninjau," tutupnya.
Tulisan: Laurencius Simanjuntak
Sumber: detikNews
No comments:
Post a Comment