Partai Demokrat menjalin silaturahim dengan Mahad Al-Zaytun dalam rangka membangun bangsa dan negara ke depan. Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono berkeyakinan, Al-Zaytun dan Partai Demokrat mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara. Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang juga berpendapat, kedua kekuatan ini bila bersinergi, akan menjadi kekuatan bangsa.
Partai Demokrat dan Mahad Al-Zaytun menorehkan catatan baru dalam perjalanan dua lembaga itu. Puluhan elit partai berlambang tiga berlian itu, mulai dari pengurus pusat, provinsi hingga kabupaten datang bersilaturahim ke kampus Al-Zaytun di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu pada Kamis 17 Maret 2011. Dalam silaturahim itu Partai Demokrat dipimpin langsung oleh Ketua Umum Anas Urbaningrum dan Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono, yang juga putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka disambut oleh Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang, para civitas akademik Al-Zaytun, dan para pengurus ormas Masyarakat Indonesia Membangun yang datang dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
Pertemuan yang baru pertama kalinya ini barangkali boleh disebut merupakan titik awal sinergi dua kekuatan, yakni bidang politik dan pendidikan yang cukup besar dalam perjalanan bangsa ke depan. Partai Demokrat merupakan partai pemenang pemilu 2009 sekaligus menjadi partai berkuasa hingga 2014. Sementara Mahad Al-Zaytun merupakan kampus yang mengusung visi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian yang telah mendidik anak bangsa dari seluruh daerah di Indonesia, bahkan dari beberapa negara.
Beberapa hikmah lahir dari pertemuan yang berlangsung bersahabat dan jauh dari kesan kampanye itu. Salah satu di antaranya, kedua pihak tampak sehati untuk membangun bangsa dan negara menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Pertemuan itu sendiri terasa sangat singkat, yakni hanya sekitar tiga jam. Walau demikian, banyak hal yang telah dilakukan bersama kedua belah pihak sehingga pertemuan itu meninggalkan kesan dan kenangan yang indah dan baik.
Karena kepadatan acara pengurus Partai Demokrat itu pada siang harinya, rombongan itu pun baru sampai ke kampus Al-Zaytun menjelang magrib. Walau demikian, hikmah pertemuan tersebut sedikitpun tidak berkurang. Seluruh civitas akademik Al-Zaytun yang sudah menunggu sejak siang tetap menyambut rombongan Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat itu dengan sukacita. Para santri yang khusus bertugas, tetap semangat menyambut rombongan mulai dari gerbang ketibaan hingga di mashykoh, yakni gedung atau rumah kediaman Syaykh, tempat dimana pertemuan diadakan.
Di mashykoh, rombongan disambut oleh Syaykh Al-Zaytun, keluarga, para eksponen Al-Zaytun, serta pengurus dan anggota ormas “Masyarakat Indonesia Membangun” yang memang sengaja diundang untuk mengikuti pertemuan tersebut.
Diiringi alunan merdu gamelan serta diselingi paduan suara santriawan dan santriwati yang melantunkan lagu-lagu nasional, dan himne Mahad Al-Zaytun, himne Universitas Al-Zaytun, serta himne dan mars ormas “Masyarakat Indonesia Membangun”, silaturahim kedua belah pihak tampak penuh kehangatan dan persaudaraan.
Karena kebetulan azan magrib sudah tiba, maka sebelum melanjutkan acara silaturahim, kedua belah pihak kemudian sepakat untuk menunaikan sholat magrib berjamaah lebih dulu di masjid terdekat dari mashykoh, yakni Masjid al-Hayat yang berada di sisi selatan dari kediaman Syaykh tersebut. Di Masjid, Syaykh, Anas, Edhie Baskoro yang berada di barisan paling depan tampak khusuk menunaikan sholat.
Usai menunaikan sholat, rombongan kemudian dijamu makan malam di tempat yang sama. Dalam kesempatan itu, Syaykh Al-Zaytun dan Umi Farida al Widad, putra dan putri Syaykh, Imam Prawoto dan Khoirunnisa, serta Adik Syaykh, MYR Agung Sidayu yang makan semeja dengan Anas Urbaningrum dan istri Athiyyah Laila, Edhie Baskoro, serta Herman Poiron memanfaatkan waktu untuk beramah tamah. Dalam kesempatan itu, Syaykh juga secara sekilas menceritakan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Al-Zaytun, yang ditanggapi cukup apresiatif oleh Anas dan Ibas serta yang lainnya, khususnya mengenai kegiatan pertanian di kampus pendidikan terpadu tersebut.
Acara makan malam yang diiringi lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh grub band Al-Zaytun sendiri, menambah keakraban kedua belah pihak. Beberapa orang peserta rombongan Partai Demokrat bahkan sempat menyumbangkan lagu yang disambut meriah oleh seluruh peserta pertemuan.
Usai makan malam, acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan, setelah sebelumnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga didaulat memberi sambutan mempersilakan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mewakili semua rombongan memberikan sambutan. Anas pun menyampaikan sambutannya dalam suasana kekeluargaan dan bahasa cukup diplomatis.
Partai Demokrat Bangun Ikatan Sinergi Mengawali sambutannya, Anas mengatakan bahwa kehadiran mereka itu adalah untuk silaturahim, sowan, karena mereka yakin dan paham Partai Demokrat dan Mahad Al-Zaytun mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara. “Kami garis bawahi itu, kami syukuri malam hari ini, kami bisa hadir silaturahim, sowan, rombongan dari Jakarta, dari Bandung, dari Indramayu sendiri, tanda bahwa kami ingin membangun tali persahabatan, tali persaudaraan, ikatan sinergi. Karena kami tahu, kami yakin, kami paham, kita mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membangun bangsa dan negara,” katanya. “Itu yang paling pokok, selebihnya sudah lengkap. Sudah bertemu, sudah saling bersalaman, sudah berwacara, sudah sholat jamaah, sudah makam malam bersama, sudah bernyanyi bersama. Sudah lengkap, sudah sempurna,” lanjut Anas.
Secara diplomatis, Anas juga mengatakan pertemuan itu sangat sempurna karena isyarat sudah disampaikan oleh Syaykh dengan baju yang dikenakannya. Ketika itu, Syaykh memang sengaja memakai baju warna biru, warna Partai Demokrat, untuk menyambut rombongan Anas dan Ibas serta pengurus Partai Demokrat lainnya.
Lebih lanjut Anas mengatakan bahwa kehadirannya kali ini tidak semata-mata sebagai ketua umum partai, tapi juga dalam konteks tadzim junior kepada seniornya. Anas dan Edhie Baskoro yang saat itu mengenakan baju batik mengaku sebelum sampai ke Mahad Al-Zaytun sudah lebih dulu membuka baju partainya. “Baju saya sudah saya lepas di luar tadi. Saya kalau baju biru banyak tapi sudah saya lepas bajunya karena saya hadir dalam konteks tadzim junior kepada seniornya,” ujarnya.
Kembali secara diplomatis, Anas mengatakan, “dan di mana pun juga rumusnya, senior itu pasti sayang dan membantu juniornya. Itu sudah sunatullah. Dan sunatulllah itu saya yakin berlaku di Mahad Al-Zaytun. Karena itu, sebetulnya sudah selesai semua.”
Setelah kembali menyampaikan terimakasih atas sambutan, penerimaan yang sangat hangat, bersahabat, dan penuh sayang seorang senior kepada juniornya, Anas mengatakan keyakinannya bahwa pertemuan kali ini akan menjadi titik yang penting untuk membangun kesepahaman-kesepahaman yang dalam tentang bagaimana mengurus bangsa dan negara ke depan dengan makin baik dan makin bermartabat. Selanjutnya, Anas mengatakan, dirinya mengikuti petuah dari Syaykh saja. “Selebihnya, junior ikut petuah seniornya,” katanya diplomatis.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Anas juga menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan sebagian rombongannya. Dengan sedikit berseloroh, Anas memperkenalkan satu persatu rombongannya mulai dari Sekjen Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono. Tentang pria yang akrab dipanggil Ibas ini, Anas mengatakan bahwa kedatangan Edhie Baskoro sebetulnya memiliki misi agak khusus, yakni mencari siapa tahu ada santri yang cocok. Ucapan itu spontan disambut tepuk tangan oleh seluruh hadirin.
Anas selanjutnya memperkenalkan Herman Poiron, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang juga menangani Departemen Pertanian di DPP Partai Demokrat. Tentang pria ini, masih dengan berguyon, Anas mengatakan ilmu pertaniannya kalah jauh dengan Syaykh. “Tadi (saat di meja makan) ada kuliah khusus tentang beras, tentang kacang, tentang kedelai, yang itu belum ada di Komisi IV. Jadi Syaykh ini juga patut kita sebut sebagai “Begawan Pertanian,” katanya.
Kemudian, Anas berturut-turut memperkenalkan Saan Mustofa, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat di DPR RI; kemudian Rifki Arshaad, Ketua Komisi VII DPR RI; Kamal Rozali, Sekretaris Departemen Pertanian Partai Demokrat; Pashya Ismaya Sukarti, anggota Komisi VI DPR RI yang juga Ketua Departemen Perdagangan DPP Partai Demokrat; Nirwan Hamid, Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI; Rosyid Hidayat, anggota Komisi IV DPR RI.
Kemudian Niwan Sulanjana, Ketua Partai Demokrat Jawa Barat; Irfan Suryanegara, Ketua DPRD Jawa Barat; Djafar Nainggolan, anggota DPR RI Komisi IV; Sri Irayati, anggota Komisi IV DPR RI; Budi, Wakil Ketua Partai Demokrat Indramayu. Dan terakhir, istrinya, Athiyyah Laila.
“Inilah yang ingin saya sampaikan Syaykh dan keluarga besar Al-Zaytun. Mengapa saya tidak berkata panjang karena kesimpulannya sudah ada. Kesimpulannya sudah di tangan Syaykh. Sekali lagi kami sampaikan terimakasih, rasa syukur yang dalam atas pertemuan silaturahim malam hari ini. Kami yakin sekali lagi, ke depan kita bisa bersinergi untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai,” ucap Anas menutup sambutannya.
Syaykh: Isyarat Baju Biru
Sementara Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang yang dengan maksud agar lebih dekat, dalam sambutannya memanggil Anas Urbaningrum dengan adinda dan Edhie Baskoro dengan Dik Ibas. Syaykh mengatakan, bersyukur pada Allah bahwa malam itu kekuatan politik nasional dan sejumput anak bangsa yang sedang menekuni pendidikan dipertemukan oleh Allah yang Maha Kuasa dalam satu ruangan di kampus Al-Zaytun.
Syaykh menyebut pertemuan itu sebagai pertemuan yang sangat hebat, karena dua kekuatan itu, antara politisi dan pendidik, bila bersinergi insya Allah akan merupakan kekuatan bangsa yang tangguh.
Menanggapi sambutan Anas sebelumnya yang mengatakan bahwa kesimpulan telah ada di tangan Syaykh Al-Zaytun, Syaykh mengatakan pembukaan dan prosesnya memang telah dibuat, tinggal penutupannya. Supaya tidak terlalu lama berdialog panjang lebar, Syaykh pun mengatakan bahwa lebih baik tampilkan isyarat. Kibarkan bendera saja. Menganalogikan dengan sebuah pertandingan tinju, Syaykh mengatakan kalau ada orang bertanding tinju, kalau menyerah biasanya melemparkan bendera putih. Tapi kalau menang, lemparkan bendera biru.
Seiring dengan itu, makanya sebelum kedatangan para pengurus Partai Demokrat itu, Syaykh sudah meminta kepada Umi Farida al Widad, istrinya, untuk membikinkannya baju biru. Maksudnya, jika Anas dan Ibas datang, Syaykh tidak terlalu panjang lebar lagi bicara atau tidak terlalu lama lagi menyampaikan hal-hal yang dibicarakan. Jadi, saat Anas, Ibas dan rombongan sampai, isyarat pun sudah sampai, sehingga tinggal jabat tangan.
Menurut Syaykh, ada dua perjalanan di dunia ini. Satu, mukhodimah, yakni perjalanan yang tidak selesai-selesai. Itu yang pernah dipraktekkan oleh Ibnu Khaldun. Dimana sampai sekarang buku Ibnu Khaldun itu namanya hanya Mukhodimah Ibnu Khaldun. Tidak pernah ada simpul. Mukhodimah terus, mukhodimah terus. Perjalanan satu lagi adalah seperti yang terjadi dalam pertemuan ini. Sebab nggak tahu kapan awal dan prosesnya, ujuk-ujuk sudah ada kesimpulan.
Selanjutnya dikatakan Syaykh, menurut kata orang, diplomasi itu yang penting bukan prosesnya, tapi ending-nya. Anas Urbaningrum, menurut Syaykh, adalah ahlinya karena memang ahli diplomasi. Jadi, menurut Syaykh, Partai Demokrat dan Al-Zaytun sudah ketemu, tidak usah diucapkan. Sebab kalau diucapkan, itu kadang-kadang saling menuntut.
Mengenang beberapa waktu yang lalu, ketika ada pemilihan umum ulang di Al-Zaytun, KPU sebagai panitia dan Anas sebagai anggota KPU ketika itu, pernah datang namun tidak mampir. Para pengurus Al-Zaytun pun pernah menanyakan alasan tidak mampirnya Anas itu kepada Syaykh.
Menjawab pertanyaan itu, Syaykh ketika itu menjawab, bukan waktunya. Suatu saat akan datang. Ternyata sekarang benar-benar datang. Datangnya bukan waktu pemilihan umum. Itu, menurut Syaykh, suatu yang sehat. Tahun 2014 itu memang masih panjang. Tapi orang yang pandangannya jauh ke depan, selalu berpikir panjang dan memulai cepat. Daripada datang nanti dekat-dekat tahun 2014, pasti macam-macam tanggapan orang. Sekarang, baru tahun 2011, Anas juga memboyong para pengurus partai dari pusat hingga daerah.
Perjalanan para politisi seperti ini, menurut Syaykh tentunya memiliki banyak cita-cita ke depan. Sebagai seorang pendidik, “mesemnya politisi” Syaykh mengaku paham. Jadi tidak usah dijawab lisan. Langkah seseorang itu lebih tegas daripada ucapannya. “Jadi sekarang, apa kurang tegas? Ini (sambil menunjuk songkok) kalau boleh, saya pakai biru. Cuma nggak pantas, sebab cat rambut pun tidak ada yang memakai cat biru. Walaupun dari Demokrat, andai rambutnya putih, tidak bakal dicat biru, pasti cat hitam. Songkoknya pun songkok hitam,” kata Syaykh.
Ditambahkan Syaykh, baju yang dikenakannya, apakah mirip atau tidak, menurut Syaykh yang penting itu jahitan istri, sekaligus untuk menampilkan supaya ia nanti tidak banyak ditanya. Sementara simbolnya, nanti setelah Anas memberikan. “Jangan sampai hidung tak mancung pipi yang didorong-dorong. Nanti kalau sudah dikasih, baru disematkan,” kata Syaykh.
Kepada seluruh hadirin, Syaykh dengan bahasa diplomasi juga mengatakan, inilah kunjungan Partai Demokrat. Dikatakan kunjungan biasa, memang biasa. Kalau sudah partai politik berkunjung, tak lain tak bukan, ya itu. Kedekatan apa pun, tapi kalau sudah kunjungan partai, ya, itu.
Pada kesempatan itu, Syaykh juga memperkenalkan rombongan pengurus organisasi massa yang didirikannya, yang sengaja diundang untuk mengikuti pertemuan itu. “Di sini, mumpung kita bertemu, kami perkenalkan kepada saudara-saudara, kami undang semua kawan dari Jawa Timur. Dari Banyuwangi hingga Banten, kami undang. Karena kami punya ormas yang namanya ‘Masyarakat Indonesia Membangun’. Nah, siapa tahu itu bisa disinergikan dalam perjalanan-perjalanan ke depan,” ujar Syaykh.
Selanjutnya, Syaykh juga menceritakan sebagian aktivitas pertanian yang dilakukan di kampus Al-Zaytun. Dikatakan, bahwa Al-Zaytun telah mulai mengadakan penelitian-penelitian tentang pangan. Ada kedelai dan beras. Beras yang diteliti adalah beras yang bisa dijual ke luar, yang orang internasional makan. Sementara kedelai, yang diteliti adalah kedelai yang bisa menyetop produk luar. Jadi, beras bisa dijual keluar, kedelai bisa menyetop produk luar. Syaykh mengatakan, jika ditanami dengan seksama, akan menjadi ketahanan pangan. Bisa dibayangkan, kedelai, kalau di Amerika hari ini 7,5 ton per hektare, di China 8 ton per hektare, di Indonesia umumnya 2 ton kurang/ha, kadang-kadang 1,8 ton, kadang-kadng 1,9 ton/ha.
Nah, penelitian Al-Zaytun tahun ini, bisa menemukan kedelai yang awalnya dari kampung, setelah diteliti secara pendidikan seperti mendidik manusia, ada kelas satu, dua, tiga dan enam. Nah sekarang sudah kelas enam, sudah dianggap lulus. Itu 100 butir beratnya 25 gram. Sedangkan kedelai Amerika dan China yang selama ini diimpor Indonesia, paling tinggi 22 gram. Kedelai ini Syaykh namai kedelai Indonesia. Sedangkan Anas, menurut Syaykh, bisa menamainya kedelai Jin Bun, sesuai nama dari Raden Patah di Demak.
Selain kedelai, Syaykh mengatakan bahwa Al-Zaytun juga punya tanaman kacang. Kacang ini sudah tujuh tahun menjalani proses penelitian. 100 biji kacang ini beratnya bisa 84 gram. Jadi bisa dibayangkan jika satu hektare itu bisa berapa. Rencananya dalam waktu dekat, Al-Zaytun akan menanam 5 ha. Kemudian tiga bulan ke depan, pada waktu panen rayanya, ketua umum dan sekjen dan rombongan Partai Demokrat akan diundang untuk memanen. Anas sendiri sudah menyatakan kesiapannya. “Yang memanen, sama-sama kita. Langit biru mengayomi kedelai, langit biru mengayomi kacang tanah, langit biru mengayomi Koshi Hikari,” kata Syaykh.
Koshi Hikari di Mahad Al-Zaytun, menurut Syaykh, merupakan beras yang paling bagus di dunia. “Kemarin kami panen, tapi baru sedikit karena memang untuk penelitian, baru 50 kg yang bisa dimakan. Di Jakarta dijual yang super, Rp 100 ribu per kg. Di Indonesia, di Al-Zaytun ini sudah bisa ditanam. Nah, kalau kita sebarkan ke seluruh Indonesia, itu bisa kita ekspor,” lanjut Syaykh.
Mengulang ucapan sebelumnya, Syaykh mengatakan supaya Indonesia tidak terlalu banyak mengimpor kedelai, mari kita tanam kedelai Jin Bun. Nanti panen rayanya akan diminta Ketua Umum dan Sekjen Partai Demokrat untuk datang. Tapi nanti jika sekali lagi datang, Syaykh meminta agar datangnya jangan malam. Karena kalau malam, tidak ada yang bisa ditengok. Padahal kalau siang, bisa ditunjukkan banyak hal.
Menurut Syaykh, tanaman-tanaman inilah yang bisa mendatangkan kedekatan dengan rakyat. Sebab pendekatan pada rakyat mesti dengan bahasa rakyat. Sementara bicara mengenai rakyat, kalau rakyat itu sudah bisa memiliki hasil satu bahu tanah bisa 7 ton, menurut Syaykh, itu baru luar biasa. Sebab di kampung-kampung, satu bahu itu sekarang paling 4 ton.
Memastikan kebenaran ucapannya, Syaykh sengaja menanyakan hal tersebut kepada Asmin, salah seorang tokoh masyarakat yang juga tokoh Partai Golkar di Kecamatan Gantar itu. Pernyataan Syaykh itu pun dibenarkan oleh Asmin. Dalam kesempatan itu, Syaykh kemudian memperkenalkan Asmin kepada tamu-tamu dari Partai Demokrat. Menurut Syaykh, Asmin ini merupakan dedengkot Golkar di desa dan kecamatan di mana Al-Zaytun berada. Saking dedengkotnya, sampai bisa mengantarkan Khoirunnisa, putri pertama Syaykh jadi anggota DPRD Indramayu pada Pemilu 2009 lalu. “Itu dia, senyum-senyum saja. Karena sudah aqil baligh, ya disuruh menyimpulkan sendiri saja omongan ayahandanya kemana arahnya,” ujar Syaykh memperkenalkan Khoirunnisa. “Iyah, namanya juga obrolan pimpinan partai dengan orang yang menekuni pendidikan, iyah beginilah,” kata Syaykh lebih lanjut.
Syaykh berharap, pertemuan ini gayung bersambut. Gayungnya juga mudah-mudahan jangan gayung kosong. Tapi gayung penuh air sehingga saling isi mengisi. Syaykh sendiri mengatakan yakin harapannya terwujud karena Anas dulu pernah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sementara Syaykh sendiri juga pernah jadi anggota HMI. “Nah ini (Syaykh), jelek-jelek juga pernah anggota Himpunan Mahasiswa Islam. Tapi kalau beliau di Jawa Timur, kemudian juga di pusat, kita cuma di sudut kampung, di Ciputat,” kata Syaykh.
Syaykh mengatakan, sekarang juga masuk sudut kampung lagi. Tapi walau di kampung, Syaykh mengaku bangga. “Jadi kami ini tinggal di hutan belantara dan kami bangga dengan hutan belantara ini,” ujarnya. Ditambahkan Syaykh, tanaman yang Presiden kampanyekan, trembesi, kini di kampus Al-Zaytun sudah besar-besar. Kemudian Calophyllum Inophyllum yang dulu Panglima Jawa Barat kampanyekan, juga sudah banyak dan sebentar lagi akan panen dan akan dibuat biodiesel dan lain sebagainya. Dan yang tiap hari panen di Al-Zaytun adalah oksigen. Di mahad ini oksigennya bagus karena tidak merokok, kemudian kendaraan bermotor juga tidak bebas.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Syaykh mengatakan SGSL atas kedatangan rombongan Partai Demokrat. SGSL, Saguh, yakni sudah sanggup menerima kedatangan Partai Demokrat. Gupuh, yakni sudah sabar menunggu, yakni dari sebelumnya janji jam dua tapi akhirnya baru tiba menjelang maghrib. Kemudian Suguh, yakni sudah disuguhi. Dan terakhir, Lungguh, yakni semua bisa duduk dengan baik, dimana Masyikhoh, yang pembangunannya dicicil selama 12 tahun dan baru selesai itu, yang menduduki pertama kalinya adalah Partai Demokrat.
“Jadi SGSL itu, saguh, gupuh, suguh, dan lungguh. Kata orang Indramayu itu. Saguh, siap. Gupuh, dari jam dua nunggu. Suguh, jelek-jelek juga sudah disampaikan. Lungguh, semua bisa duduk dengan baik. Karena apa? Tempat ini sudah 12 tahun dicicil-cicil dibangun, nah yang mendahului masuk kok Partai Demokrat. Ini disengaja atau bagaimana? Dunia ini tidak ada yang tidak ditakdirkan. Semua adalah takdir Ilahi. Jadi diplomasinya tidak usah ajak-mengajak. Sudah panjenengan datang, sudah ngerti, wong partai kok. Partainya partai baju biru,” ujar Syaykh.
Kepada peserta pertemuan dari ormas Masyarakat Indonesia Membangun, yang datang dari Ujungkulon sampai ujungwetan Anyer Panarukan, Syaykh juga mengatakan bahwa cerita pertemuan ini ya begitu saja. “Saudara harus paham. Mengajak nggak, melarang juga nggak. Begini saja. Tapi biasanya Ing ngarso sungtulodo,” kata Syaykh.
“Sekian saja sebagai sambutan silaturahim. Mudah-mudahan ini awal daripada perjalanan kita yang sangat jauh ke depan. Karena Indonesia ini tidak ada batas umur dan kita berharap seperti itu. Perjalanan panjang sekali, dan ditentukan hari ini. Hari ini kita berbuat sesuatu yang baik ke depan, Indonesia tersenyum bahwa kelakuan kita baik. Kalau tidak seperti itu, umpamanya sebaliknya, Indonesia juga tidak sedih karena masih banyak orang Indonesia yang bisa berbuat baik. Untuk itu, daripada tidak berbuat baik, mari kita semua berbuat baik untuk Indonesia.
Mudah-mudahan pertemuan kita ini bermanfaat untuk kita bersama, untuk bangsa Indonesia. Selanjutnya, kami berdoa pada Allah untuk pimpinan bangsa ini, Presiden Republik Indonesia, mudah-mudahan beliau selalu diberi kekuatan. Disihatkan oleh Allah memimpin bangsa ini sampai batas tugas yang dipercayakan oleh rakyat pada beliau. Mudah-mudahan bangsa Indonesia diberi kekuatan untuk maju ke depan mencapai cita-citanya, merdeka untuk membangun,” tutup Syaykh.
Sebelum bertolak pulang malam itu, Anas dan rombongan menyerahkan sumbangan dan cenderamata kepada Al-Zaytun, yakni dukungan pendidikan, sebuah Kamus Arab-Indonesia, sajadah, dan Pandel Partai Demokrat. Sementara itu, Al-Zaytun juga memberangkatkan rombongan Partai Demokrat dengan oleh-oleh berupa beras, pisang dan beberapa hasil pertanian dari Mahad Al-Zaytun.
Tulisan: Marjuka Hotsan
Sumber: beritaindonesia.co.id
No comments:
Post a Comment